Selasa, 22 November 2011

Gas 3 Kg, Antara Harapan Dan Fakta Lapangan


Dulu, pemerintah negeri kita tercinta, punya cita-cita luhur atas program konversi bahan bakar minyak tanah ke gas elpiji 3Kg. Menyertakan angan bila program ini sukses dengan retorika 'maut' plus sedikit 'paksaan', akhirnya pada tahun 2008 program ini pun berjalan.

Dulu, pemerintah 'sesumbar' mengatakan bahwa program konversi ini akan menguntungkan rakyat juga pemerintah. Keuntungannya, sedikit-banyaknya, seperti ini ;


  1. Meringankan beban subsidi negara. Jika pada tahun 2007 pemerintah menetapkan beban subsidi sebesar Rp 61,84 triliun (duit semua tuh?!), maka dengan program ini, alokasi beban subsidi BBM 2008 akan turun 32% atau sekitar Rp 15,14 triliun (lumayan..). Kata Wapres saat itu, Yusuf Kalla, malah ke depannya program ini akan mereduksi subsidi minyak tanah sebesar Rp 30 Triliun.
  2. Berdasarkan perhitungan, rakyat juga akan menghemat Rp 25.000 jika turut mensukseskan program ini.
  3. Pengusaha kecil juga akan merasakan dampak positifnya, selain hasil akhir yang lebih hemat ketimbang minyak, menggunakan gas yang mayoritasnya adalah untuk memanaskan akan menghasilkan panas yang lebih baik dan cepat dibandingkan dengan minyak tanah.
  4. Lingkungan akan lebih hijau karena gas bisa dikatakan non-polusi, berbeda dengan minyak tanah.

Kita semua sudah tahu kalau program ini sudah berjalan kurang-lebih tiga tahun. Dan ternyata harapan nggak seindah kenyataan. Fakta di lapangan justru gas 3Kg juga memberikan permasalahan baru, khususnya buat rakyat. Inilah fakta permasalahan yang muncul ;

  • Selama tiga tahun pelaksanaan, program konversi telah memakan 36 korban jiwa meninggal dan 225 orang luka-luka.
  • Data MKI menyebutkan ledakan tabung gas 3 kg selama Januari 2008 sampai mei 2010 sebanyak 10.000 kasus kebakaran terjadi di Jakarta Utara. 156 kebakaran terjadi di Jakarta Timur. 1738 kebakaran di Jakarta Pusat. 2.789 kasus kebakaran di Jakarta Barat. 2.654 kebakaran di Jakata Selatan. 29.110 kebakaran di Bekasi. 22.189 kebakaran di Depok. 11.712 kebakaran di Bogor dan Bandung. 44.405 kebakaran di Jawa Tengah, 14.950 kebakaran di Jawa Timur. 18.500 kebakaran di Bali. 18.990 kebakaran di Sulawesi Selatan. 30.000 kebakaran di Selawesi Utara. dan 130.650 kebakaran di Sumatera.
  • Sejak 2008 ada 60 juta tabung gas 3 Kg dan 7 juta tabung gas 12Kg yang beredar di pasaran. Jika dalam rentan 3 tahun ada 36 korban jiwa, berarti dalam 2 juta tabung ada 1 tabung yang meledak. Jika Sobat anggap angka ini masih terbilang kecil, sama saja Sobat menganggap murah harga 1 nyawa warga Indonesia.
  • Di pasaran, diperkirakan ada 29 juta tabung gas elpiji 3Kg 'abal-abal' yang beredar di pasaran. Jika tidak segera ditarik, jelas akan memicu jatuhnya korban lebih banyak lagi.
  • Proyek pengadaan kompor gas gratis beraroma korupsi kuat. Dari 104 Miliar yang ditagihkan, menurut penyidik, pemerintah menggelontorkan 900 Miliar. Selisihnya kemana ya?
  • Per hari Pertamina mereguk untung Rp 2,6 Milliar dari program konversi. Dalam 3 tahun berjalannya program, total keuntungan Pertamina Rp 2,88 Triliun. Terus kenapa masih banyak yang meledak ya? Apa karena ngejar untung?
  • Berdasarkan SK Menteri Perindustrian No 38 Tahun 2008 tabung gas 3Kg dijual seharga Rp129.857 per tabung. Fakta, harga per tabung gas 3Kg mencapai Rp 150.000.
  • Dari sekian banyak kasus kecelakaan tabung gas 3Kg, belum ada satupun yang dibawa ke pengadilan.
  • Atas semua korban jiwa dan harta yang terjadi karena lemahnya pengawasan program konversi, pemerintah diduga telah melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia terhadap warga negaranya.
  • Tanpa malu dituduh melanggar HAM, pemerintah berencana menaikkan harga Elpiji 3 Kg.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review